Kepemimpinan Manggarai akan beralih estafet ke bupati dan wakil bupati yang baru. Tetapi sejujurnya, mereka berdua bukanlah orang yang sama sekali baru. Bapak Heri Nabit, sudah mencoba peruntungan untuk ketiga kalinya, dan Bapak Hery Ngabut untuk kedua kalinya. Karena bukan orang baru, keduanya pasti sudah banyak melihat, mendengar dan menyerap aspirasi masyarakat. Artinya mereka tidak datang dengan tangan kosong. Mereka sudah punya bekal untuk membangun
Manggarai.
Tetapi tentu saja, konsep perubahan mereka akan terus diuji. Acap kali kita mendengar bahwa perubahan sering jatuh menjadi slogan dan propaganda untuk meraih popularitas. Perubahan sering jadi kata mumpuni yang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak elektabilitas. Cara itu memang secara instan mendulang simpati tetapi akan menuai kesulitan di masa kerja karena ketidaksanggupan menunjukkan kualitas yang sesungguhnya. Karena itu, pemimpin baru Manggarai tentu harus berkaca pada manajemen modern dengan menerjemahkan konsep perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Manggarai.