Jajal Nuca Molas dengan Dua Pedal
Di beberapa tempat, kali mati memicu adrenalin untuk bersepeda naik dan turun. Selain itu, di sepanjang jalur ditumbuhi semak belukar berduri. So, jangan lupa bawa serta pisau atau parang untuk membersihkan jalur. Kali ini, kami beruntung sekali. Tiga orang teman menjadi tim support untuk membuka jalur dan tentu saja untuk dokumentasi foto & video. Terimakasih kaka Ited, Kaka Ino Jemali, dan kaka Brandal.
Dari jalur hutan, kami masuk jalur bibir pantai. Laut biru, buih ombak putih, pasir putih, dan batu karang hitam pekat menjadi pemandangan dominan. Walau hambatan kayu dan batu berkurang, Di sini hawa cukup panas. Diperkirakan 27 hingga 31 derajat Celsius. Panas sekali bukan. Tetapi tenang saja, angin laut yang bertiup menuju daratan bisa sangat membantu. Sejuk.
Sisanya adalah padang savanah dan hutan lontar. Tiga per empat bagian dari pulau Nuca Molas merupakan Savanah. Di sela-selanya, tumbuh ribuan pohon lontar. Surga bagi ribuan ternak sapi dan kambing milik warga. Perpaduan savanah dan pemandangan laut sawu menyuguhkan lanskap Nuca Molas yang tiada duannya. Cantik sekali. Di sini, kami merasa sedang bersepeda di atas lukisan.