Inovasi Pembelajaran: Mewujudkan Potensi Siswa Melalui Penerapan Kurikulum Merdeka

Oleh Hans Chandra, Guru Penggerak & Co Kapten Belajar.id NTT

Solusi untuk Meningkatkan Kesiapan Guru diantaranya Pertama Peningkatan program pelatihan guru secara berkelanjutan. Pemerintah perlu memperbanyak pelatihan dan workshop bagi guru di seluruh wilayah, terutama di daerah yang tertinggal. Pelatihan ini harus melibatkan metode baru seperti pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran yang berpusat pada siswa, serta penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar.Kedua Penguatan program pengembangan profesional bagi guru. Program Merdeka Belajar juga harus diikuti dengan penguatan Komunitas Belajar Gurudi mana guru dapat saling bertukar informasi, praktik terbaik, dan dukungan, sehingga tercipta jejaring pengetahuan dan kolaborasi antar guru.Ketiga Pendampingan dan mentoring. Selain pelatihan formal, guru-guru yang kurang berpengalaman dapat diberikan mentor dari kalangan guru senior atau pakar pendidikan untuk mendukung transisi mereka menuju peran sebagai fasilitator. Pendampingan ini bisa dilakukan melalui program kerjasama antar sekolah atau melalui platform digital.

  1. Perubahan Pola Pikir dalam Pendidikan

Tantangan lain dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah perubahan pola pikir di kalangan para pemangku kepentingan pendidikan, termasuk guru, siswa, orang tua, dan masyarakat umum. Beberapa tantangan terkait perubahan pola pikir meliputiPertama Budaya belajar yang masih terpusat pada guru. Beberapa guru dan sekolah masih terbiasa dengan model pembelajaran di mana guru menjadi pusat pengetahuan, dan siswa cenderung pasif. Peralihan ke pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, di mana siswa diharapkan lebih aktif dan mandiri, memerlukan perubahan mendasar dalam cara pandang terhadap pendidikan.Kedua Kekhawatiran orang tua tentang perubahan metode pembelajaran. Orang tua mungkin khawatir jika metode baru ini tidak sesuai dengan harapan mereka tentang pendidikan yang berfokus pada hasil akademis, seperti yang terjadi dalam pendekatan tradisional yang lebih terstruktur.Ketiga Penilaian dan evaluasi yang beragam. Peralihan dari penilaian berbasis ujian tertulis ke penilaian yang lebih holistik, seperti penilaian berbasis proyek dan portofolio, dapat memicu resistensi di kalangan orang tua atau guru yang terbiasa dengan evaluasi konvensional.

BACA JUGA:
The Power of "Silent Majority" pada Pilkada TTU
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More