Pemerintah selalu optimis dan berjuang bersama rakyat yang dianggap solid untuk mempertahankan berdirinya negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) di tengah amukan dan gelombang ancaman dan gangguan bangsa. Selain gangguan dari dalam secara politik yang ingin memecah belah bangsa atas issue yang mencuat atas adanya gerakan klandestine berupa terorisme dan radikalisme yang berbalut di baju agama.
Agama dijadikan sebagai alat untuk meluluhkan hati rakyat Indonesia dari cabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote Ndao NTT. Di tengah ancaman dan tantangan itu semua; negara dan pemimpin Indonesia tidak mudah tergoda dan terbius oleh pengaruh-pengaruh negatif yang merongrong kehidupan negara yang berbhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetap satu dan utuh menyeluruh, dari beraneka ragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, agama dan kehidupan sosial masyarakatnya.
Di samping itu, ancaman dan gangguan eksternal pandemi covid-19 sudah memasuki tahun kedua, telah meluluhlantahkan dan memporakporandakan struktur ekonomi bangsa mencapai titik nadir bahkan pada fase kuartal tertentu mengalami resesi ekonomi sampai dibawah titik nol; karena kelumpuhan pergerakan ekonomi masyarakat bangsa, yaitu untuk berjuang dalam roda pembangunan bangsa, akibat covid-19. Hal ini dialami oleh semua negara bangsa di dunia dalam keadaan tidak siap untuk menanggulangi dan memayungi diri dari pandemi covid-19 itu. Tetapi, dengan kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang pro rakyat, agar rakyat tetap sehat dan roda ekonomi berjalan pelan dan tertatih tatih, tidak lumpuh; mengeluarkan semua paket kebijakan ekonomi sejak awal mulai pandemi sampai dengan tahun-tahun yang akan datang, yang prorakyat. Mengalir berbagai bantuan sosial di tengah masa pandemi covid-19. Dalam bentuk subsidi sembako, bantuan PKH, dan bantuan sosial lainnya. Baik dalam dana segar maupun sembako. Bahkan sampai dengan saat ini ada program vaksinasi gratis untuk warga negara, baik orang dewasa maupun anak sekolah dari umur 12 -17 tahun.