In Memoriam Prof. Azyumardi Azra, M.A., CBE
Oleh Hendrik Maku Dosen IFTK Ledalero, sekarang sedang belajar di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Benar bahwa pahala dari amal jariyah tidak pernah berhenti mengalir, juga setelah seseorang itu wafat. Amal jariyah yang dikerjakan oleh Prof. Azra bagi anak-anak ideologisnya di UIN Jakarta adalah ilmu pengetahuan. Di kalangan mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN, Prof. Azra dikenal sebagai seorang guru yang dermawan.
Dia tidak pelit dengan ilmu pengetahuannya. Kegelisahannya terhadap realitas yang carut marut tidak berhenti pada titik kekesalan yang pasif dan mandul.
Sebaliknya, kenyataan yang muram itu justru merangsang aqal dan nuraninya untuk secara kreatif melahirkan sebuah respons-kritis yang konstruktif.
Dan cara terbaik yang selalu dipilih oleh Putra kelahiran Sumatera Barat tanggal 04 Maret 1955 ini adalah menulis artikel dan mempublikasikannya. Sebab dengan cara demikian, dia tidak ingin hanya sampai pada apa yang dikatakan filsuf Prancis pada abad ke-17,
Descartes, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Tetapi lebih dari itu, dia ingin mengaktualisasikan filosofi, scribo ergo sum (saya menulis maka saya ada).
Tidak ada cara terbaik untuk mengenang seorang guru selain dengan menumbuh-kembangkan benih-benih keilmuannya demi kemaslahatan bersama. Menulis adl salah satu dri sekian metode dalam merawat dan mewariskan nilai yg ditinggalkan oleh sang guru. Aktivitas menulis sesuatu yg ditinggalkn oleh dia yg pergi adl sebuah proyek keabadian dari subjek yg berorientasi bukan kepada kefanaan. Dgn demikian, dia yg telah pergi akan selalu hidup dlm ruang-ruang kenangan dari para mantan muridnya. Sebab, ketika segala yang fana itu kalah di medan jihad, ide yg lahir dari aktivitas beritjihad dan yg dituangkan dlm tulisan akan bertindak sbg pemenang. Tulisan adl senjata akademik yg dapat menaklukkan kesementaraan.