‘Hidup Enak’ Jadi Koruptor

Oleh Arnoldus Nggorong, Penulis adalah alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Padahal bila dicermati secara saksama dan diperbandingkan secara sederhana,yang jauh lebih biadab adalah‘pencuri berdasi’ daripada pencuri kakao atau motor. Sebab perbuatan si ‘penjahat kerah putih’ menelantarkan nasib banyak orang, kerugian yang ditimbulkannya pun jauh lebih dahsyat.Sedangkan pencuri kakao atau motor tadi hanya merugikan keluarga pemilik kebun kakao atau pemilik kendaraan.

Ketiga, sebagian besar warga masyarakat masih bersikap permisif terhadap para koruptor. Apalagi kalau pelaku korupsi dilihat sangat dermawan, sering memberikan sumbangan kepada masyarakat, sumbangan bagi pembangungan rumah-rumah ibadah, sumbangan kepada panti asuhan, fakir miskin, dan sumbangan untuk mendukung kegiatan-kegiatan rohani, kegiatan kaum muda,kelihatan rajin beribadah, murah senyum, berpenampilan sederhana.

Lebih-lebih lagi jika koruptor dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan membeli saham atau membangun perusahaan dari hasil korupsi, demikian Haryatmoko. Dengan tindakan amal-karitatif demikian, menurut Haryatmoko, koruptor telah melakukan silih atas kejahatannya.Mereka juga akan mendapat pujian dan sanjungan dari warga masyarakat sebagai orang yang baik dan peduli terhadap nasib banyak orang.

BACA JUGA:
Saatnya Sarjana Masuk Desa; Catatan Menjelang Pemilihan Kepala Desa Se-Kabupaten Lembata
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More