Harmoni di Panggung Sekolah

Oleh Febri Nagut, Staf Pengajar di SMAS St. Gregorius Reo

Dalam konteks itu, teater menjadi ruang yang langka: tempat anak-anak bisa menertawakan ketakutannya sendiri, berdialog tanpa dihakimi, dan belajar memahami sebelum menilai.
“Selama ini nilai-nilai karakter sering diajarkan lewat kata-kata,” kata Anriana. “Lewat teater, anak-anak belajar merasakannya sendiri.”

 

Sumpah yang Belum MenjadiAksi

Menjelang akhir pementasan, Tiara berdiri di tengah panggung. Suaranya bergetar saat membaca ulang teks Sumpah Pemuda, perlahan dan penuh jeda, seolah menimbang setiap katanya. Di ujung kalimat, ia menatap penonton dan bertanya dengan nada menggugat,
“Apakah kita benar-benar bersatu?”Hening. Tak ada yang menjawab.

Beberapa detik kemudian, seorang pemeran lain berjalan pelan menuju bendera Merah Putih yang berdiri tegak di tengah panggung. Ia berhenti di depannya, mengulurkan tangan, lalu mengelusperlahan sebelum menunduk dan mengecupnya. Gerakannya lembut, bukan heroik, seolah ingin berkata bahwa mencintai negeri ini berarti juga merawat perbedaan di dalamnya.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More