Kedua, karena perempuan pembuat perbedaan, terutama keputusan-keputusan atau pertimbangan-pertimbangan yang membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam terutama dari sisi feminitas. Ketiga, karena perempuan adalah sebagai “panutan”, yang bisa menginspirasi, memotivasi dan menyemangati perempuan lain.
Pada dimensi yang lain, di era digitalisasi ini, media online sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakan perempuan. Tidak sedikit keluarga terkena imbas dari sikap istri/ibu di media sosial. Perkembangan teknologi dan informasi harus diimbangi dengan kecerdasan dalam menggunakannya.
Perempuan harus menjadi agen literasi media, karena di bawah asusahannya generasi suatu bangsa dilahirkan. “Jika kamu mendidik satu laki-laki maka kamu mendidik satu orang, Namun jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi,” Mohammad Hatta.
Melihat hal tersebut di atas, saya mengajak perempuan Indonesia agar memiliki kesadaran tinggi dalam menyaring segala bentuk informasi, tidak gampang termakan propaganda suatu ideologi lain di media sosial.