Harga Porang Jatuh, Porang Jadi Sampah

Oleh Yohanes A. Fantur, wartawan

Porang berserakan di kebun milik petani di Dusun Tureng, Desa Nggalak, Kec. Reok Barat, Kab. Manggarai, NTT, Jumat (26/8/2022). Foto: Yohanes A. Fantur

 

Panenan Porang petani disambut situasi dunia yang berubah tak menentu. Pandemi covid 19 merasuk dunia sejak awal 2020. Disusul perang Rusia versus Ukraina. Harga Porang jatuh hancur saat petani memanen dengan hasil berlimpah-ruah. Biji katak hanya berharga Rp5000,-, biji katak kering Rp.10.000,- dan umbi Rp2000,-.

Dari berita di berbagai media, kisaran harga porang tersebut juga dialami masyarakat Petani Porang di berbagai daerah di Indonesia.

Awalnya petani bersabar menyimpan Porang mereka, urung menjualnya karena menunggu harga tinggi. Dari pantauan saya saat liburan ke Manggarai Agustus 2022, biji porang (katak/umbi) berserakan di halaman rumah, kebun, bahkan jalanan. Harga tinggi yang ditunggu seperti menggantang angin.

Lelah petani berujung jadi sia-sia. Petani pun dirundung stress. Lebih-lebih mereka yang sudah terlanjur menebang pohon kopi dan cengkeh.

BACA JUGA:
Testimoni Frediyanto Bangkitkan Semangat Credit Union Indonesia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More