Dengan demikian, tugas guru tidak hanya berurusan dengan ‘aktivitas transfer ilmu’ (mengajar), tetapi juga pemasok atau penyemai peradaban akademik seperti membaca, menulis dan berdiskusi. Peserta didik mesti diarahkan agar bisa mencintai dan menghidupkan kultur literasi. Apa gunanya, jika para siswa mendapat nilai tinggi secara statistik, tetapi tidak punya kapasitas berliterasi yang baik.
Bapak pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara adalah seorang pendidik yang tidak hanya piawai mentransmisikan ilmu di kelas, pribadi yang sangat konsisten menghidupkan peradaban ilmiah. Beliau adalah seorang penulis yang produktif dan pembaca yang rakus.
Karena itu, saya kira, jika kika mendaku sebagai guru Indonesia, tidak bisa ditawar lagi untuk meneladani sosok Ki Hadjar yang rajin membaca, menulis, dan mengamati situasi aktual kebangsaan. Kepekaan akan isu sosial aktual di tengah masyarakat, selain diekspresikan dalam bahasa verbal, seharusnya para guru bisa mengoptimalisasi media tulisan. Kita bisa menuangkan gagasan kritis, kreatif, dan progresif untuk merespons pelbagai problem sosial sekaligus sebagai satu bentuk kontribusi untuk memperbaiki tatanan yang sedang berjalan.
ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu