IDEALNYA, ‘menulis’ itu bukan kegiatan yang sulit dilakukan oleh seorang guru. Dasarnya adalah hampir setiap hari mereka ‘bergaul’ dengan aktivitas akademik itu, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Apalagi, kita tahu bahwa para guru itu, umumnya jebolan ‘sekolah tinggi’, minimal berijazah diploma tiga.
Siapa pun tahu bahwa untuk meraih ‘titel sarjana’, seorang mahasiswa harus mengerjakan tugas akhir berupa karya tulis seperti skripsi untuk program strata satu dan paper atau makalah untuk program diploma tiga. Itu berarti, ketika seseorang dinyatakan ‘lulus’, maka tentu saja, dianggap bisa memproduksi karya tulis.
Belum lagi kita berbicara tentang pengerjaan tugas-tugas akademik selama mengikuti proses perkuliahan yang umumnya selalu berhubungan dengan dunia membaca dan menulis (literasi), maka kesimpulan kita semakin kuat bahwa ‘menulis’ sudah menjadi bagian dari ‘cara hidup (way of life)’ para guru. Dengan kondisi melek literasi semacam itu, semestinya para guru bisa dengan mudah menularkan budaya literasi itu kepada peserta didik.
ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu