
NTT dibawa kepemimpinan Viktor, tidak hanya miskin ekstrim. Berdasarkan Study Status Gizi Indonesia (SSGI), seperti telah dirilis CNN Indonesia (Sabtu, 05/03/2022), NTT juga mengalami stunting parah. Dalam studi itu ditunjukkan ada 15 kabupaten di provinsi NTT mengalami stunting terburuk. NTT adalah bagian dari 10 provinsi dengan status stunting tertinggi di Indoneia. Lima kabupaten dengan status stunting terburuk di NTT adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai Timur, Alor, Sumba Barat.
Kemiskinan ekstrim dan stunting adalah kondisi NTT yang terus berulang, seolah-olah ulang kelas yang berlangganan tetap untuk kabupaten-kabupaten di provinsi kepulauan ini. Pertanyaan retorisnya, dimana letak kepincanganya? Sebab, kalau dilihat dari sumber pendapatan daerah lewat DAU, DAK, dan APBD pemerintah seharusnya masalah miskin ekstrim stunting itu dapat diatasi. Masih ada juga program lain yang dapat mengatasi kondisi miskin ekstrim dan stunting itu seperti lewat dinas kesehatan dan kerjasama dengan BKKBN, dan fasilitas sosial masyarakat lainnya, seperti fasilitas kesehatan. Ada juga program imunisasi dan pemberian makanan tambahan untuk anak-anak. Selain itu, terdapat juga program untuk anak sekolah, melalui pemberian makanan tambahan anak sekolah ( PMTAS). Tetapi mengapat tetap ekstrim miskinnya dan stunting masih menjadi momok memalukan?