

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur “mengurut dada”. Mengapa ? Sebagai seorang pemimpin yang hadir dengan karakter yang kuat, tegas, dan keras, dalam memimpin daerah ini; berdasarkan visi NTT bangkit, menuju kesejahteraan rakyat, kelihatannya tidak semudah apa yang diucapkan dan dituliskan dalam frasa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) seorang gubernur dan wakil gubernur, sejak tahun 2018, setelah dilantik, menggantikan Drs. Frans Lebu Raya, sebagai Seorang mantan gubernur NTT dan sekaligus mantan guru pa Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat, M.H. sebagai Gubernur untuk masa Bhakti 2018-2023.
Artikulasi istilah, ungkapan “Urut Dada” berarti mengurut dada, mengusap dada, karena merasa kecewa, sedih, susah, dan sebagainya(KBBI, 2021). Ini dapat dirasakan oleh seorang pemimpin di daerah Flobamorataju (Flores, Sumba, Timor, Alor, Ronda dan Sabu Rai jua) ini; yang berpenduduk sekitar 5, 7 juta lebih ini. Karena status yang satusnya miskin ekstrim pada tahun 2021. Kelihatannya ia amat kecewa, atau kecewa sekali, merasa sedih, susah sekali, karena hampir setiap tahun selalu berlangganan dengan sebutan negative status kemiskinan ekstrim itu. Padahal sejak awal terpilih ia berkomitmen untuk menghapus status miskin di NTT yang dikenal dengan pulaunya yang banyak. Ia bercita-cita membahwa masyarakat NTT untuk menjadi lebih sejahtera.