Penderitaan dan penyaliban Yesus di Golgota, simbol kekuasaan dunia yang lalim dan keji. Tetapi, alangkah baik juga mesti digali secara rohani, titik pijak permenungan dalam kerangka seluruh rangkaian rencana karya keselamatan Allh yang besar, agung dan luhur. Lalu, pada akhirnya bermuara kepada sebuah permenungan kekuasaan politk konteks kita.
Dalam kacamata refleksi, Golgota menjadi simbol keMahatinggian, kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Dia menjadi simbol tata rencana karya penyelamatan Tuhan. Golgota menjadi pintu masuk menuju kebangkitan Tuhan yang mengalahkan maut dan dosa. Golgota menjadi tanda kepasarahan Sang Putra kepada Bapa-Nya, “……, tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehedak-Mulah yang terjadi…..Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. Itu berarti, ada kesadaran, keberpasrahan dan ketaatan Sang Putra kepada kehendak Bapa, bahwa seluruh rencana karya keselamatan adalah kehendak mutlak Sang Bapa. Mengapa ? Yesus mesti mengalami penderitaan, wafat di Golgota untuk menyelamatkan banyak orang dari dosa dan kebangkitan-Nya mematahkan sangkaan kekuasaan politik Bangsa Yahudi, bahwa melalui wafat-Nya, Yesus dengan seluruh karya keselamatan yang populis itu berakhir. Keliru. Perhitungan kekuasaan politik meleset, mereka lupa bahwa Yesus punya Bapa mempunyai kekuasaan untuk memberi daya hidup pada kematian yang berubah menjadi kebangkitan dan hidup.