Globalisasi dan Spiritualitas Ilmu Pengetahuan (Bag. I)
Oleh: Jacob J Herin (Penulis Buku dan Mantan Wartawan dari Kantor Berita Internasional)

GLOBALISASI telah membawa “hawa napsu” sampai ke dalam gereja. Seorang bapak dari Stasi Santo Yohanes Paulus II Centrum rajin pergi ke gereja Centrum mengikuti misa pertama setiap hari Minggu, tapi tidak pernah bersama istri dan anak-anaknya. Di dalam gereja dia tidak pernah memandang ke arah Altar, kecuali saat menerima “Hostia”. Selama mengikuti misa matanya hanya memandang ke arah seorang perempuan yang ada di belakangnya. Dia rajin ke gereja untuk memenuhi kepuasan “hawa napsunya” dan bukan untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Seorang ibu berkomentar “mengapa ‘mereka’ mengangkat orang ini menjadi anggota pengurus di Lingkungan dan Stasi” Orang ini tidak pantas menjadi pengurus, karena moralnya telah rusak. Dia lebih dikuasai oleh “hawa napsunya dari pada mendengar suara Tuhan”. Memilih seseorang menjadi pelayan pastoral untuk bertugas di Komunitas Umat Basis (KUB), Lingkungan dan Stasi sebaiknya menyelidiki rekam jejaknya, tentang moralitas seseorang. Manusia hendaknya diarahkan kepada nilai-nilai moral pokok, seperti : keadilan dan kedamaian, solidaritas dan cinta kasih, kejujuran dan keberanian, ketaatan dan kesetiaan kepada Sakramen Perkawinan dan kesetiakawanan, persahabatan dan persaudaraan.