Buku ini dimulai Yolan dengan sebuah judul yang cukup berani, “Di Payudara Ibu”. Pilihan judul ini seolah sebagai pintu masuk yang mengingatkan kita kembali akan seorang perempuan yang mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk menghadirkan sosok manusia baru di atas dunia yakni ibu. Keperkasaan perempuan ini tertuang seperti dalam penggalan berikut.
“Suara ibu mendesak paksa
Tabir semesta membuka pintu
Melonjaklah puisi yang menjelma daging”
Di sisi lain ibu dalam puisi ini sebagai sebuah nuansa awal yang dibangun penulis untuk diajak pulang pada rumah kerinduan, tanah kelahiran atau dalam bahasa Lamaholot disebut sebagai Lewo Tanah. Kegelisaan dan kerinduan besar penulis ini juga terpampang lewat judul ke dua “Bila Ibu Panggil Pulang”.
Yolan Tukan mencoba menyajikan menu yang mampu mengantar pembaca masuk dalam ruang imajinasinya tentang bagaimana suasana kampung. Diksi-diksi yang digunakan penulis juga tidak terlalu konotatif. Dalam beberapa puisi Yolan Tukan menulis dengan dialeg Larantuka.