Gereja Tua Katedral Santo Yoseph Maumere; Kita Berteduh di Bawah Atapnya
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis dan Anggota Tim Penulis dan Editor Buku 150 Tahun Paroki Katedral Maumere)
Informasi dan pantauan penulis menyebutkan bahwa Praktik toleransi dan dialog positif antar penganut lintas agama yang dipraktikan di Paroki Santo Yoseph juga bisa dilihat melalui aksi sejumlah pastor paroki St.Yoseph di antaranya RD. Yakobus Soba (1991-1995), RD. Edwaldus Martinus Sedu (1995-1997) yang saat ini menjadi Uskup Maumere, RD. Domi Dange (1997-2001), RD. John Eo Towa (2001-2011), RD. Polykarpus Sola (2010-2016), RD. Marsel Wera (2016), hingga Pastor Paroki saat ini, RD. Yohanes Satu Ndopo.
Salah satu aksi yang bisa dijadikan model, tatkala sejumlah pemimpin agama pada September tahun 2006 di bawah koordinasi Vikjen Keuskupan Maumere RD. Frans Fao, Pastor Paroki Santo Yosef, RD. John Eo Towa, dan Dosen IFTK Ledalero RP. Robertus Mirsel, SVD menggelar aksi doa bersama lintas agama yang dipusatkan di Gelora Samador Maumere.
Penulis yang saat itu juga hadir di Gelora Samador mencatat bahwa gerakan ini dilakukan dalam upaya menentang hukuman mati terhadap tiga terpidana mati asal Flores yakni Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Hadir dalam kegiatan doa bersama ini di antaranya Ketua MUI Kabupaten Sikka Abdul Rasyid Wahab, Ketua Majelis GMIT Kalvari Maumere Pendeta S.A. Uli Loni, Ketua GPI Pendeta Ibrahim Asa, Pendeta John Darung, Pendeta Soleman, Pendeta Zeth Sabubayang, Ketua Hindu Parisada Mangku Ketut Wijaya, dan Wakil Praeses Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret RD. Hubert Leteng.