Gereja Tua Katedral Santo Yoseph Maumere; Kita Berteduh di Bawah Atapnya

Oleh  Walburgus Abulat (Jurnalis dan Anggota Tim Penulis dan Editor Buku 150 Tahun Paroki Katedral Maumere) 

Sementara dalam sambutannya saat acara syukuran di Aula Paroki, Uskup Ewald menyampaikan dua pesan.

Pertama, mengenang 150 tahun sebuah ziarah hidup tentunya boleh-boleh saja, namun kita tidak boleh tenggelam dalam perayaan manusiawi semata, dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya, kita membawa syukur kita pada Tuhan agar senantiasa hidup dalam cinta dan berkat Tuhan itu sendiri.

Tetap tegar di tengah badai kehidupan, persis membawa kita pada sebuah siap iman yakni membaca tanda-tanda zaman, dan tetap menghadirkan nilai kasih Kristiani di tengah dunia yang dilanda kemerosotan iman dan kemunduran perilaku moral.

Kedua, marilah menjadi Gereja yang hidup, mulai dari akar rumput hingga persekutuan hierarkis dan sakramental. Kita tidak boleh menjadi gereja yang mudah putus asa. Kita tidak boleh menjadi gereja yang elitis dan jauh dari kehidupan iman yang sesungguhnya. Gereja yang hidup itu ditandai oleh kualitas partisipasi untuk terus bertolak ke tempat yang dalam. “Belas kasih dan kerahiman ilahi senantiasa menggerakkan roda kehidupan menggereja, ketika kita sekalian bergerak, bertolak ke  tempat yang lebih dalam.

BACA JUGA:
Ucapkan Selamat Hari Suci Nyepi dan Tahun Baru Saka 1944, Jokowi: Kesempatan untuk Mengasah Jiwa Kemanusiaan Kita
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More