Georgius Soter Parera, SH, MPA; Gone But Not Forgotten
(Lela, 22 April 1949; + Kupang, 21 Januari 2021)
Tahun Baru di Hotel Borobudur, Jakarta
Pada akhir Desember 1974, El Moritz dan saya berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib di ibu kota. Pada malam sebelumnya kami buat acara sederhana di rumah Soter. Makan-makan sambil bercanda dan ngobrol tentang masa depan. Esok siangnya kami berdua naik kapal Stella Maris berlayar menuju Surabaya, untuk kemudian melanjutkan ke Jakarta.
Hubungan kami dengan Soter terputus, karena pada masa itu komunikasi memang sulit. Belum ada telepon, internet, google, twitter, instagram, WA, FB, dsb seperti sekarang. Paling hanya bisa mengirim surat atau kartu pos, dan itu pun baru sampai ke alamat setelah berminggu-minggu, bahkan banyak juga yang tidak sampai ke
alamatnya.
Pada 15 Februari 1975, saya mulai bekerja di surat kabar Harian Suara Karya, mula-mula sebagai translator (English – Indonesia), kemudian reporter bidang Hankam/ABRI, Sekneg/Istana dan Departemen Luar Negeri. Dan terakhir saya Redaktur Luar Negeri selama dua tahun, 1980-1982.
Tidak disangka-sangka, pada tanggal 31 Desember 1976, Soter muncul di kantor redaksi Suara Karya di gedung AKA, Jl. Bangka II Kebayoran Timur, Jakarta Selatan. Dia sedang libur dari kuliahnya di Universitas
Brawijaya, Malang, dan tengah mengunjungi kerabatnya di Jakarta, Dia sengaja datang untuk menemui saya.