Georgius Soter Parera, SH, MPA; Gone But Not Forgotten

(Lela, 22 April 1949; + Kupang, 21 Januari 2021)

Tetangga rumah sebelah, keluarga ‘Inang Marta, adalah seorang ibu janda yang ramah, baik hati, suka tegur sapa termasuk dengan kami anak-anak. Dua orang putra ‘Inang Marta yaitu Soter Parera dan Klemens Parera sekolah di Seminari Mataloko. Di rumah kami, kakak Ely Moritz Parera, anak sulung Bapak Felix, juga sekolah di seminari yang sama.

Karena mereka sekolah di tempat yang jauh dan baru berlibur di rumah setahun sekali, maka pada kesempatan itulah kami bisa bertemu. Sebagai remaja yang ingin masuk Seminari Mataloko, saya senang mendengar ceritera mereka tentang seminari, tentang perjalanan dengan naik kapal motor St. Theresia dari Lela ke Aimere untuk kemudian naik truk atau traktor ke dataran tinggi Mataloko yang udaranya sejuk dan nyaman.

Sesekali mereka juga bercerita tentang keadaan di asrama seminari, tentang main sepakbola, basket, voley, tentang ruang kelas, guru-guru yang kebanyakan orang bule (misionaris asing: Belanda, Jerman, Austruia, Amerika). Semua ceritera tentang Seminari Mataloko pasti menarik, apalagi bagi saya yang memang sangat ingin masuk seminari. Selain itu saya juga ingin bersekolah di tempat yang jauh… ada jiwa merantau pada diri saya. Dan sesekali pulang bertemu keluarga. Harus ada rasa kangen untuk bertemu dan melepas rindu. Bagi saya, kalau kumpul-kumpul terus dekat keluarga, rasanya kok kurang sreg begitu…

BACA JUGA:
Simfoni Kasih Panti Santa Dymphna (Yayasan Bina Daya Santo Vinsensius Cabang Sikka)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More