Georgius Soter Parera, SH, MPA; Gone But Not Forgotten
(Lela, 22 April 1949; + Kupang, 21 Januari 2021)
“Kita kehilangan seorang sahabat yang baik, yang penuh perhatian, punya simpati dan empati yang besar. Kalau Soter tidak ada, bagaimana dengan hubungan pertemanan kita, apakah Alsemat 60-70 masih akan jalan?” kata Pater.
“Ya, Pater. Orang baik ini memang telah pergi. Kita doakan agar jiwanya mendapat tempat yang layak di surga. Kalau soal Alsemat, saya rasa akan tetap jalan, karena banyak teman-teman kita yang masih ada, dan mereka juga pasti ingin berkomunikasi dan bernostalgia dengan sesama,” kataku mencoba meyakinkan Pater.
Belakangan saya menerima pemberitahuan/undangan dari Ense Solapung, seorang kerabatnya di Jakarta untuk mengikuti misa live streaming pada Sabtu, 27 Februari 2021 dalam Misa Arwah “Sumana Lima” (Doa Minggu ke lima menurut tradisi Sikka) dari gereja St. Paskalis, Cempaka Putih, Jakarta. Dari informasi yang disampaikan
Ense, saya mengetahui lebih detil mengenai peristiwa meninggalnya Soter Parera.
Tetangga di Lela
Sejak remaja kami sudah saling mengenal di Lela, Flores, karena rumah kami bersebelahan, hanya berjarak 20 sampai 30 meter. Waktu itu saya tinggal di rumah keluarga Bapak Felix Parera, meneruskan sekolah di
SDK Lela I setelah sebelumnya saya sekolah di SDK Hebing, kampung halamanku.