Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat

Tiga harapan mulia dari Reok – Silaturahmi, Iman-Takwa, Keteladanan – bukan hanya harapan untuk 15 jamaah haji asal Kecamatan Reok yang telah pulang dengan selamat, melainkan cermin bagi seluruh jamaah haji 2025 dan sebelumnya. Ini adalah “talbiyah” baru kita di Tanah Air : “Labbaik, Allahumma labbaik… seraya berdoa : Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu untuk menjadi perajut silaturahmi di negeri kami yang beragam suku, agama, ras dan adat istiadat (SARA), menjadi pelaku iman dan takwa yang menghidupkan kehangatan kasih sayang satu sama lainnya dalam masyarakat, dan menjadi teladan hidup yang menebar manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang banyak..”

“Allahummaj’al hajjan mabruron, wa sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuron”. Artinya; semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni.  Itulah bait-bait doa sekaligus harapan pengampunan dosa yang selalu dipanjatkan oleh para Haji dan Hajah dalam ritual ibadah Haji yang telah dijalani. Mari kita jadikan gelar “Haji” dan “Hajah” sebagai pengingat janji di Arafah, bukan mahkota kebanggaan. Biarlah ia menjadi motivasi untuk kita terus belajar, berbuat baik, dan melayani. Sebab, puncak kemabruran haji bukanlah saat kita menerima gelar, tetapi saat masyarakat merasakan kehadiran kita membawa berkah, yaitu hadirnya silaturahmi yang hangat, pancaran iman yang meneduhkan, dan keteladanan yang menginspirasi. Itulah haji yang diterima amalan ibadah hajinya oleh Allah SWT (mabrur), itulah gelar sejati yang abadi dalam catatan Ilahi dan yang tersimpan dalam memori kenangan umat. Wallahua’alam bissawab. ***