
Gelar Haji Bukan Mahkota, Tapi Amanah: Menjawab Harapan Masyarakat
(Refleksi Ganda Sebagai Jamaah & Petugas Haji Daerah/PDH )
Penulis: Nurdin & Suhaidah (Petugas Haji Daerah/PHD 1446 H)
Antara Tanah Suci & Tanah Air
Dua helai kain ihram telah ditanggalkan, seragam PHD pun telah kami simpan. Kini kami kembali ke rutinitas keseharian di tengah-tengah Masyarakat Reo di Manggarai – Flores NTT, namun jiwa masih terpaut pada gemuruh doa di Masjidil Haram dan kesyahduan saat wukuf di Arafah. Pengalaman ganda sebagai Jamaah Haji dan Petugas Haji Daerah (PHD) tahun 1446 H/2025 M bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan “sekolah kehidupan” yang intens tentang makna sejati ibadah haji. Sekolah itu kini memberikan tugas besar berikutnya bagi kami : mentransformasikan cahaya Baitullah menjadi cahaya silaturahmi, peneguhan iman, dan keteladanan di tengah masyarakat.
Sementara itu, masih terngiang dalam ingatan kami, gema sambutan Bapak Sekretaris Kecamatan Reok, adinda Rita Udin, SP., mewakili Bapak Camat Reok, sungguh menyentuh relung hati kami yang terdalam. Dalam sambutannya di tengah kemeriahan acara Penyambutan 15 orang Jamaah Haji asal Kecamatan Reok, di halaman Masjid Nurul Huda Reo (Sabtu, 12 Juli 2025); beliau menyampaikan 3 (tiga) harapan tulus yang mewakili suara pemerintah dan masyarakat Reok, bahkan mungkin suara hati Bangsa ini : “Ajari kami tentang Silaturahmi, Ajari kami meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan, Ajari kami tentang Keteladanan.” Tentu saja harapan ini tidak hanya kepada jamaah haji yang baru saja kembali dari tanah suci, tapi bagi semua masyarakat Indonesia yang hari ini “menyandang gelar“ Haji dan Hajah.