Ganjar adalah Sintesa Bukan Antitesa Joko Widodo
Oleh Marianus Gaharpung, dosen FH Ubaya, Surabaya
Kedua, di era persaingan bebas ini, diperlukan pemimpin yang cerdas, mempunyai optimisme bukan pemimpin yang enak didengar ocehannya.
Ketiga, Indonesia alergi dengan politik identitas yang sudah pasti mengarah kepada perpecahan. Karena ciri politik identitas adalah kehendak kelompok tertentu yang menggabungkan politik dan agama untuk merebut kekuasaan. Model seperti ini akan melahirkan kehancuran bangsa dan negara.
Pidato Presiden Jokowi dan Ketua Umum Golkar Erlangga Hartarto rasanya seirama dan senafas bahwa calon pemimpin ke depan adalah pribadi yang sangat nasionalis, pancasilais dan berpikir global bukan berpikir kelompok atau politik identitas.
Oleh karena itu, publik Tanah Air sangat yakin Golkar, PPP, PAN serta PDIP akan menjadi gabungan partai politik sangat dahsyat dalam mengusung capres dan cawapres menuju pilpres 2024.
Jokowi sebagai the king maker lihai dalam memainkan catur politik yang kian seru akhir akhir ini di jagat Indonesia.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri secara psikologis sedang “dimainkan” oleh Jokowi sebagai the king maker untuk segera mengamini Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden berpasangan dengan Erlangga Hartarto jika ingin memenangkan pertandingan capres cawapres 2024.