
Kecemerlangan Gadamer itu sampai ke telinga Heidegger. Ketika ia tahu bhw Gadamer sedang mempersiapkan habilitasi di bawah Friedländer, Heidegger (yang sebelumnya menolak Gadamer) datang menemui Gadamer, menawarkan diri jadi pembimbing habilitasinya. Gadamer menerima tawaran itu dengan senang hati. Karena pada saat itu Heidegger sudah akan pergi ke Freiburg untuk menjadi pengganti Husserl (Semester musim dingin 1928) maka Heidegger meminta agar habilitasi itu cepat-cepat diselesaikan. Tanpa ragu, Gadamer cepat-cepat menyelesaikan naskah habilitasinya, yang berjudul “Interpretasi atas Philebus Plato”.
Sebelum Heidegger meninggalkan Marburg untuk pergi ke Freiburg, masih ada tiga filsuf yang menulis habilitasi di bawah bimbingannya, yakni Gadamer, Karl Löwith, dan Gerhard Krüger.
Kehebatan Gadamer dalam berfilsafat bukan terutama pada konstruksi konsep, melainkan pada kemampuannya membuat persoalan filsafat menjadi konkret melalui dialog atau percakapan. Ia mengkritik dekonstruksi Derrida karena menurutnya dekonstruksi mendramatisasi kesalah-pahaman dalam memahami teks, sementara Derrida mengkritik hermeneutika Gadamer karena menurutnya Gadamer selalu mengandaikan kesepahaman/konsensus dengan pengarang teks.