Fosil Manusia Purba Flores Dipajangkan di Pameran Re-Image Bikon Blewut Ledalero

Oleh Walburgus Abulat (Wartawan Pojokbebas.com)

Eka mengakui bahwa kecintaan Pater Piet Petu pada antropologi dan etnografi mulai tumbuh ketika ia turut dalam ekspedisi pertama penggalian yang diinisiasi Dr. Th. Verhoeven tahun 1950. Dalam beberapa keterangan, ia bahkan terlibat dalam rangkaian penjelajahan kecil di sekitar Mataloko ketika masih seminaris (1934-1942), jauh sebelum proyek penggalian resmi Verhoeven berlangsung. Pasca ekspedisi pertama bersama Verhoeven, Piet Petu melanjutkan studi sejarah, di Jakarta tahun 1952-1954 hingga mendapat gelar B1. Pada rentang 1961-1962 ketika melanjutkan studi spiritualitas di Nemi, Roma, Piet Petu, SVD ‘mencuri’ waktu untuk berkeliling ke beberapa museum di Eropa untuk belajar secara khusus praktik pengelolaan museum. Dalam rentang tahun itu pula ia mulai menyusun rancangan buku Nusa Nipa atas permintaan Kongregasi, Studi Bahasa Jerman di Munchen, Jerman (1962–1963). Ketika hendak pulang kembali ke Indonesia, ia diminta oleh pemimpin tertinggi SVD untuk membuka museum di tanah Flores. Meski demikian, amanat itu tidak segera ia laksanakan.

BACA JUGA:
Ketika Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II Bakal Perkuat Toleransi Agama di Kabupaten Sikka
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More