
Forum Negara Pancasila Pak Tedjo dan Masa Lalu yang Selalu Aktual
Bernadinus Steni, Pegiat standar keberlanjutan. Tinggal di Jakarta
Lagian, emangnya warga setempat bisa baca dokumen saintifik AMDAL yang seringkali tebalnya bisa sampai 1000 halaman. Ujung-ujungnya itu semua diserahkan ke perusahaan, kemudian Pejabat cuci tangan.
Enak banget..!! Perusahaan di situ tidak abadi. Dia tidak bisa jamin bahwa setelah dia minggat, warga tidak bakal minum semen akibat kehabisan air.
Entahlah…mungkin pak Tedjo benar. Kritik setepat dan sejujur apapun di negeri ini, tidak banyak gunanya. Orang lebih suka dengan kesantunan, kata-kata yang elok permai.
Dan mungkin juga seperti masa ORBA. Tepuk tangan membahana, meski sebetulnya tidak paham juga, “orang itu ngomong apa, sih”.
Di balik itu semua, tutur halus tidak lebih dari persembunyian rapih atas kebobrokan manajemen, tidak bisa kerja. Lebih baik jadi selebriti saja, main sinetron. Seperti kata alm. Slamet Rahardjo, “mending main sentilun..”.