
Forum Negara Pancasila Pak Tedjo dan Masa Lalu yang Selalu Aktual
Bernadinus Steni, Pegiat standar keberlanjutan. Tinggal di Jakarta
Tiap Minggu pagi sejak 1981 hingga 1999, menghabiskan 1000 edisi. Forum itu buat saya pribadi sukses membuat suara pak Tedjo tersimpan rapih di hippocampus.
Mungkin bukan hanya saya. Banyak yang lainnya mengingat, meski tidak harus mengerti. Tulisan ini mengurai kembali ingatan itu.
12 Juli 2020, Tedjo Sumarto, SH berpulang, RIP
Forum Negara Pancasila, bukan karena dia seorang Tedjo. Tetapi lebih karena di sana ditampilkan suatu rangkaian tafsir, apa dan bagaimana Pancasila ketika itu. Itu semua membentuk masa kini dan barangkali masa depan.
Lain dari itu, generasi baru pasca 1980-an barangkali tidak sempat mencicipi hidangan indoktrinasi dari Soeharto, manakala Pancasila dan 36 butir P4 menjadi pil puyer yang kudu dikunyah tiap hari.
Kalau tidak, Anda bakal dihajar rotan guru-guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Cerita ini, barangkali mengenang sekaligus mengingatkan dengan waspada. Bukan reminder tapi warning. Bahwa Pancasila bukanlah kultus alias berhala. Tapi perilaku sederhana dan kecil sehari-hari.