Euforia Menyambut Kurikulum Baru atau Baru Kurikulum

Oleh Fardinandus Erikson, Peminat Karya Pendidikan

 

  1. Alasdair MacIntyre (1929–sekarang)

MacIntyre adalah seorang filsuf moral yang dikenal dengan karya besarnya After Virtue (1981), di mana ia berargumen bahwa moralitas modern telah kehilangan arah karena berfokus pada prinsip-prinsip abstrak dan mengabaikan pengembangan karakter yang lebih dalam dan lebih integratif. Dalam pandangan MacIntyre, kebajikan (virtue) harus dikembangkan dalam konteks komunitas dan tradisi, bukan sekadar untuk mencapai hasil praktis.

MacIntyre mengkritik pandangan utilitarian dan deontologi modern yang sering menggunakan nilai-nilai moral hanya untuk mencapai tujuan tertentu, seperti kebahagiaan atau kewajiban. Ia berpendapat bahwa kebajikan sejati bukan sekadar alat untuk tujuan eksternal, tetapi bagian dari kehidupan yang baik, yang harus dikembangkan melalui pengalaman dan latihan dalam komunitas tertentu.

 

  1. Jean-Paul Sartre (1905–1980)

Sartre, seorang filsuf eksistensialis, menekankan kebebasan individu dan tanggung-jawab pribadi dalam membentuk karakter dan makna hidup. Menurut Sartre, individu adalah “terkutuk untuk bebas,” dan dengan kebebasan tersebut dating tanggung-jawab untuk menciptakan makna hidup melalui tindakan dan pilihan.

BACA JUGA:
“Sada-Peda, Peda-Pani, Peda-Podo” dalam Tradisi Masyarakat Adat Woko Mbamo Kec. Nangaroro Kab. Nagekeo (Sebuah Tinjauan dan Perpektif Sosial Budaya)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More