Proyek pencerahan (di era filsafat modern) merupakan proyek yang menggantikan kepercayaan pada otoritas-agama, para bijak, raja – dan tradisi dengan akal budi, pembenaran pada prinsip-prinsip rasional universal. Proyek ini merupakan proyek membebaskan diri dari jerat tradisi lama. Proyek ini menolak dua etika sebelumnya pandangan Aristoteles, pandangan Kristiani, dan abad pertengahan bahwa manusia memiliki tujuan internal, sebagai suatu ‘tujuan akhir’.
Lewat kacamata Nietzsche, menganalisa adanya nihilisme dalam proyek pencerahan. Manusia tidak lagi dilihat sebagai makhluk yang memiliki telos. Dasarnya semata adalah fakta empiris serta tak memiliki dasar objektif moralitas. Dalam pandangan Nietzsche, pandangan modern adalah pandangan nihilisme. Berdasarkan pandangan Nietzsche ini MacIntyre melihat kegagalan filsafat pasca pencerahan dan memastikan butuh suatu pendasaran baru tentang apa yang baik dan wajib dilakukan manusia (2).
Mengapa proyek pencerahan gagal?
Dalam After Virtue, Maclntyre melihat bahwa apa yang dimiliki manusia saat ini merupakan potongan-potongan tradisi dan budaya dari masa lalu. Sayangnya, bahasa telah menenggelamkan makna. Wacana moral dengan istilah seperti keadilan, kebaikan, dan tanggung jawab telah tercerabut dari makna dan hanya menciptakan kekacuan makna. Di sinilah, dalam pandangan Maclntyre, manusia jatuh dalam pandangan emotivisme. Emotivisme menjelaskan penilaian evaluatif dan penilaian moral hanya karena pilihan kesukaan, sekedar ekspresi sikap atau perasaan. Menurut Maclntyre, emotivisme adalah gambaran nyata cara kerja wacana moral, maka perselisihan moral tidak dapat diselesaikan secara rasional. Semua penilaian moral tidak ada yang rasional. Maclntyre memulai perdebatan tentang emotivisme yang kemudian menjadi cara Maclntyre menunjukkan kelemahan dari proyek pencerahan ini.