Estetika Mitologi Komodo

Oleh: Charles Jama, Dosen Seni Universitas Nusa Cendana

Mitos dalam pemerintahan misalnya, berwibawa kalau masyarakatnya takut. Pemimpinya dianggap berhasil, misalnya mampu menaikan tarif masuk ke Taman Nasional Komodo. Singkatnya, mitos masyarakat modern dibangun melalui wacana.

Dalam pemerintahan, kekuasaan dijadikan mitos. Untuk menguatkan mitos ini tindakan represif aparat digunakan. Hal ini dialami oleh peserta aksi yang melakukan penolakan naiknya tarif masuk Taman Nasional Komodo.

Pemerintah melalui aparat menjaga wibawanya dengan melakukan tindakan kekerasan. Hal ini untuk menunjukan kekuatan mitos modern, bersamaan itu melukai mitos tradisi. Manusia sebagai kembaran Komodo disakiti.

Itulah bedanya mitologi modern dan mitologi tradisi. Mitologi tradisi berupaya menjaga harmonisasi antara manusia dan lingkungan alamnya. Sementara mitologi modern berupaya menghegemoni massa untuk mendapatkan keuntungan.

Piliang (2018) menjelaskan mitos adalah sebuah distorsi, deformasi, atau sebuah topeng. Menaikan tarif masuk TNK adalah cara menjauhkan masyarakat lokal dari Komodo.

BACA JUGA:
Mengigau vs Estetika Berpikir
Berita Terkait
2 Komen
  1. Soni berkata

    Ulasan ini perlu diapresiasi dan dipublikasikan agar menjadi rujukan reflektif setiap pemangku kepentingan..

  2. Agus berkata

    Terimakasih masukannya. Analisis yg bagus dan akan dijadikan refferensi untukbersama membuka duskusi² agar semua obkek wisata perlu memperhatikan kearifan lokal. Salam.

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More