Estetika Mitologi Komodo

Oleh: Charles Jama, Dosen Seni Universitas Nusa Cendana

Saya berpikir, cerita itu dimasukan tidak sekadar untuk melengkapi lembaran penelitiannya, akan tetapi memiliki maksud dan pendasaran yang logis mengangkat cerita di atas. Mengingat sebagai seorang yang berlatar belakang budaya barat, tentu ia memiliki rasionalitas yang kuat dan tidak mudah percaya dengan cerita itu.

Barangkali alasan sederhananya adalah dikemudian hari mitologi ini bermanfaat bagi penerusnya dan dapat dibaca kembali oleh pemiliknya.

Mitologi ini dapat dimaknai ulang sesuai konteks yang terjadi dimasa datang. Jika apa yang saya tafsirkan sama dengan Verheijen, alasan ini mendasar dengan dikaitkan pada persoalan tarif masuk Taman Nasional Komodo. Kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo adalah momen yang tepat untuk membaca kembali mitologi ini.

Naiknya tarif masuk Taman Nasional Komodo memanggil kembali mitologi ini dari ingatan pewarisnya, namun dalam kisah yang berbeda. Mitologinya telah didekonstruksi oleh kepentingan kapitalis.

Realitasnya sekarang komodo lah yang dijadikan sentral dan diperhatikan. Sementara manusianya terkesan diabaikan atau terpinggirkan.

BACA JUGA:
Karya Seorang  Musafir
Berita Terkait
2 Komen
  1. Soni berkata

    Ulasan ini perlu diapresiasi dan dipublikasikan agar menjadi rujukan reflektif setiap pemangku kepentingan..

  2. Agus berkata

    Terimakasih masukannya. Analisis yg bagus dan akan dijadikan refferensi untukbersama membuka duskusi² agar semua obkek wisata perlu memperhatikan kearifan lokal. Salam.

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More