Saya berpikir, cerita itu dimasukan tidak sekadar untuk melengkapi lembaran penelitiannya, akan tetapi memiliki maksud dan pendasaran yang logis mengangkat cerita di atas. Mengingat sebagai seorang yang berlatar belakang budaya barat, tentu ia memiliki rasionalitas yang kuat dan tidak mudah percaya dengan cerita itu.
Barangkali alasan sederhananya adalah dikemudian hari mitologi ini bermanfaat bagi penerusnya dan dapat dibaca kembali oleh pemiliknya.
Mitologi ini dapat dimaknai ulang sesuai konteks yang terjadi dimasa datang. Jika apa yang saya tafsirkan sama dengan Verheijen, alasan ini mendasar dengan dikaitkan pada persoalan tarif masuk Taman Nasional Komodo. Kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo adalah momen yang tepat untuk membaca kembali mitologi ini.
Naiknya tarif masuk Taman Nasional Komodo memanggil kembali mitologi ini dari ingatan pewarisnya, namun dalam kisah yang berbeda. Mitologinya telah didekonstruksi oleh kepentingan kapitalis.
Realitasnya sekarang komodo lah yang dijadikan sentral dan diperhatikan. Sementara manusianya terkesan diabaikan atau terpinggirkan.
Ulasan ini perlu diapresiasi dan dipublikasikan agar menjadi rujukan reflektif setiap pemangku kepentingan..
Terimakasih masukannya. Analisis yg bagus dan akan dijadikan refferensi untukbersama membuka duskusi² agar semua obkek wisata perlu memperhatikan kearifan lokal. Salam.