
Esensi Pers Sebagai Pilar Keempat Demokrasi, Jurnalisme Terlibat dan Voice for the Periphery
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Pernah Dipercaya Kantor Bahasa NTT Menjadi Fasilitator Kegiatan Literasi dan Bengkel Bahasa di Kabupaten Sikka)
Demikianlah secara sekilas esensi pers sebagai pilar keempat demokrasi, dan kiprah jurnalis (karya jurnalistik) terlibat dan selaras zaman yang mesti dinyalakan dan dipraktikan seorang jurnalis dalam karya-karyanya.
Bila nilai-nilai ini diaktualisasikan maka dengan sendirinya kita mengafirmasi bahwa pers sebagai pilar keempat, dan esensi jurnalisme terlibat untuk menyuarakan suara bagi kaum terpinggirkan (voice for the periphery) memang bukan sekadar lip service (ucapan pemulut manis), tetapi suatu keniscayaan yang terus dinyalakan dan diaktualisasikan oleh insan jurnalis melalui karya-karya jurnalistik mereka yang selaras zaman, baik atau tidak baik waktunya (opportune importune).
Tidak bisa-belajarlah. Tidak dapat-bersungguhlah. Mustahil-Cobalah. Ad Majorem Dei Gloriam (Untuk keagungan Allah yang lebih besar). ***