Perubahan perilaku petani yang cenderung menyemprot pestisida yang merusak tanah sekaligus mematikan tumbuhan, akibat mentalitas malas dan jalan pintas, yang sedang mewabah dalam budaya petani Lembata, ternyata bukan hanya merusak alam dan menimbulkan penyakit kronis bagi manusia Lembata, tetapi juga membasmi filosofi dan kultur petani itu sendiri: ” Bumi Ibu Kehidupan”.
Perilaku-perilaku menyimpang seperti ini yang butuh ritual Sare Dame, bukan sekedar untuk memulihkan harmoni alam, tetapi juga untuk memperbaiki perilaku manusia, karena tindakan ritual seperti itu diyakini memberi dampak psiko spiritual. Paling kurang orang takut merusak alam karena diyakini akan berakibat fatal bagi diri dan keluarganya.
Sare Dame Untuk Bupati Thomas
Migrasi bolak – balik Sare Dame-Eksplorasi Budaya ini semakin memperlihatkan ketidakmatangan perencanaannya ketika muncul prasasti yang akan ditandatangi pada hari jadi Kabupaten Lembata, 7 Maret 2022, yang akan datang, di Hadakewa. Para wakil rakyat yang selama ini diam dipaksa untuk berbicara, karena prasasti itu justru dianggap melecehkan Taan Tou sebagai spirit, sekaligus mengeliminasi etnis tertentu Lembata yang memberi kontribusi dalam perhelatan eksplorasi budaya itu sendiri, sehingga dikhawatirkan akan menjadi antithesis dari kegiatan, karena memicu konflik baru.