Ekspo Sare Dame Dan Cincin Ekonomi

Oleh: Poya Hobamatan

Sepakat dengan Bapak John Lake dan  Aleks Aur,  para pelaku budaya juga memberikan komentar miring atas gagasan Sare Dame itu. Bagi mereka ritual Sare Dame adalah reaksi sacral atas sebuah aksi konflik demi terjalin  kembali situasi harmoni. Dan oleh karena itu Sare Dame tak bisa ditempatkan sekedar pajangan budaya demi kepentingan apapun. Kata dan tindakan adat yang dilakukan tidak boleh terjadi di ruang hampa melainkan karena ada aktus yang melatarinya. Teks yang ber-konteks.

Walau Dr. Hipolitus Kewuel mencoba mengangkat latar Lembata yang terus dihunjam oleh bencana alam, korupsi dengan segala akibatnya, sebagai papan loncat melakukan kegiatan Sare Dame ini, tetapi tindakan implementatif budaya yang tak nyambung dengan judul Sare Dame, semisal, Binen Maing atau Iu Uhe Bei Ara, membuat  orang bertanya apa urgensi tindakan yang menelan ongkos yang tak sedikit itu?

Syukurlah Thomas Ola menyadari ketidaknyambungan itu sehingga secepatnya melakukan migrasi judul dari Sare Dame kepada Eksplorasi Budaya, agar terjadi kesinambungan gagagsan antara judul eksplorasi budaya dan aksi budaya. Hal itu terlihat dalam ritual yang disajikan di setiap wilayah adat. Dan semuanya berjalan mulus; mendapatkan  response positip, walau ada sedikit kericuhan di sana-sini.

BACA JUGA:
Penegakan Hukum Gaya “Pokrol Bambu”.
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More