Eksistensi Guru Honorer: Sebuah Refleksi HUT ke-76 Kemerdekaan RI
Oleh: Rudi Haryatno (Alumnus STFK Ledalero Maumere, Flores, NTT)
Bertolak dari urgensitas eksistensi mereka, maka negara mesti memperhatikan kesejahteraan para guru, terutama guru honorer. Hal ini terkait dengan fokus tugas para guru, yakni agar mereka mengajar secara profesional. Jaminan kesejahteraan – tidak mengabaikan kualitas – guru honorer menjadi salah satu kunci sukses bangsa ini dalam pembangunan SDM. Mengapa harus kesejahteraan? Pengabaian jaminan kesejahteraan para guru honorer, berpotensi memunculkan anggapan, bahwa guru hanyalah sebuah profesi sampingan, bukan utama. Akibatnya, tugas mengajar tidak menjadi prioritas. Konsekuensi lanjutnya, kuantitas guru professional dan berkualitas merosot.
Problematika pengabaian kesejahteraan ini kemudian membuat banyak guru honorer menjajahkan pekerjaan lain selain mengajar. Martinus Taninas, guru honorer pada SDN Kuafenu, NTT, misalnya, menggeluti pekerjaan lain seperti bertani dan beternak, selain mengajar. Bukan tidak mungkin, pengabaian pada kesejahteraan guru honorer di pelosok negeri berpotensi mendorong mereka untuk lebih fokus pada pekerjaan lain yang menjajikan kesejahteraan.