Adakalanya telepon diangkat tapi Koter tidak bicara sedikit pun untuk merespon suara Dona yang empuk-empuk mendayu.
Koter hanya membisu dalam diam. Untuk meredam rasa kecewa dan marahnya kepada Dona. Koter merasa benar-benar tertipu dan tercampakan oleh kisah hidup Dona. Ia merasa terhina, dan kelaki-lakiannya dilecehkan oleh Dona.
Ia berusaha untuk menjauh dan menghindar sejauh mungkin dari bayang-bayang Dona yang molek namun sejatinya Dona mengingkari karya ciptaan Tuhan atas dirinya.
Koter merasa sangat terhina dan bersalah terhadap dirinya, yang mudah terjerembab dalam dekapan nafsu yang bergelora. Ia merasa ketampanannya menjadi sia sia karena nafsunya.
Koter semakin kalut ketika ia membayangkan gairah cintanya saat memadu cinta dengan Dona pada malam itu. Ia tidak membayangkan wanita molek yang sedang bercinta dengannya adalah sejatinya lelaki tampan sama seperti dirinya.
Koter mengutuki dirinya atas semua yang telah terjadi. Tapi apa yang terjadi, terjadilah. Dan itulah yang menghantui dirinya.