
Dinamika Inklusi Sosial dan Penolakan Pembangunan Geotermal di Pocoleok
Oleh Benyamin Rahmat, Mahasiswa STIPAS St. Sirilus Ruteng
Faktor-Faktor Penyebab Penolakan Pembangunan Geotermal
Penolakan terhadap pembangunan geotermal di Pocoleok bukan semata-mata disebabkan oleh ketidakpastian teknis atau risiko lingkungan, tetapi lebih pada persoalan sosial dan kultural yang melekat dalam masyarakat. Beberapa faktor utama yang melatarbelakangi penolakan ini antara lain:
- Ketidakpastian Dampak Lingkungan dan Sosial
Masyarakat khawatir bahwa proyek geotermal akan merusak lingkungan sekitar, seperti pencemaran air, kerusakan lahan pertanian, dan gangguan terhadap ekosistem lokal. Kekhawatiran ini diperparah oleh kurangnya kajian dampak lingkungan yang transparan dan partisipatif, sehingga masyarakat tidak mendapatkan jaminan bahwa proyek tersebut akan berjalan tanpa merugikan mereka.
- Ketidakadilan dalam Pembagian Manfaat
Salah satu isu sentral adalah persepsi ketidakadilan distribusi manfaat ekonomi dari proyek tersebut. Masyarakat lokal merasa tidak mendapatkan keuntungan yang proporsional, sementara mereka harus menanggung risiko dan kerugian sosial. Ketimpangan ini menimbulkan rasa frustasi dan resistensi yang kuat terhadap proyek.
- Ketidaksesuaian dengan Nilai dan Budaya Lokal
Proyek pembangunan seringkali tidak memperhatikan nilai-nilai kultural dan adat istiadat masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan konflik budaya dan ketegangan sosial, karena masyarakat merasa terpinggirkan dari proses pembangunan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.
- Kurangnya Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Proses perencanaan dan implementasi proyek yang bersifat top-down membuat masyarakat merasa kehilangan kontrol atas wilayah dan sumber daya mereka. Ketidakterlibatan ini memicu penolakan sebagai bentuk protes atas marginalisasi.