
Dinamika Inklusi Sosial dan Penolakan Pembangunan Geotermal di Pocoleok
Oleh Benyamin Rahmat, Mahasiswa STIPAS St. Sirilus Ruteng
Pembangunan infrastruktur energi terbarukan, khususnya energi panas bumi (geotermal), telah menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan. Di Indonesia, proyek-proyek geotermal banyak dikembangkan di wilayah dengan potensi panas bumi yang tinggi, termasuk di kawasan Pocoleok. Namun, di balik upaya tersebut, muncul dinamika sosial yang kompleks, khususnya berkaitan dengan inklusi sosial masyarakat lokal dan penolakan terhadap proyek pembangunan. Fenomena ini menunjukkan bahwa pembangunan geotermal tidak hanya menjadi persoalan teknis dan ekonomi, melainkan juga merupakan persoalan sosial yang membutuhkan pendekatan yang komprehensif.
Proyek Geotermal Dinamika Inklusi Sosial
Inklusi sosial merujuk pada proses di mana masyarakat, terutama kelompok marjinal dan terpinggirkan, dilibatkan secara aktif dalam proses pembangunan, sehingga mereka tidak hanya menjadi objek pembangunan tetapi juga subjek yang berperan menentukan arah pembangunan tersebut. Dalam konteks pembangunan geotermal di Pocoleok, inklusi sosial menjadi sangat krusial mengingat dampak langsung proyek terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat sekitar.