Dibutakan Kekuasaan
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Mabuk kekuasaan, kata Mahfud MD, atau ungkapan lain yang senada, kekuasaan yang membutakan,membuat orang yang berkuasa itu irasional. Segala daya upaya dikerahkan olehnya untuk melanggengkan kekuasaannya. Intrik-intrik penuh kecerdikan pun dilakukan hanya demi meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Dalam hal mabuk kekuasaan, telah dicatat dalam sejarah dunia, termasuk dalam sejarah bangsa ini, pemimpin-pemimpin yang terjerumus di dalamnya. Di level internasional, ada Hitler (Jerman), Musolini (Italia), Kadaffi (Libia), Fidel Kastro (Kuba), misalnya.Di Indonesia, ada Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Soekarno pun tergelincir di dalamnya, empat tahun sebelum lengser, dengan dinyatakannya sebagai Presiden seumur hidup melalui ketetapan MPRS No. III/MPRS tahun 1963 (kompas.com 21/11/2021).
Mengapa Jokowi?
Dalam tulisan ini, pembaca mendapat kesan yang amat hiperbola dalam mendeskripsikan figur kepemimpinan Jokowi dalam tulisan ini.Seakan-akan cuma Jokowi sendiri yang dapat tergoda oleh keenakan kekuasaan.Padahal perihal keterlenaan dalam berkuasa bisa saja dialami siapa pundalam pelbagai tingkatan, bidang termasuk pemimpin agama. Lalu saya dianggap tidak peduli terhadapfigur-figur pemimpin yang ada di daerah, termasuk yang paling rendah sekalipun seperti di levelRT, pimpinan dinas (unit), yang juga terbuai oleh kekuasaan.