Sampai di sini, pertanyaannya : sudah sebegitu murahkah peradaban di mata kaum intelektual yang berafiliasi dalam aksi 11 April 2022 itu ? Di manakah peradabannya ?
Mesti disadari, kaum intelektual ( mahasiswa – mahasiswi ) dipanggil untuk menjawabi tugas menegakkan kebenaran dan kebijaksanaan. Dengan demikian, dia tidak terbatas pada hal – hal akademik ( pengetahuan ), tetapi juga kepada sikap, hati dan pikiran yang baik. Kesadaran akan panggilan yang demikian, setidaknya dapat membentuk dan menolong kaum intelektual ( mahasiswa – mahasiswi ) keluar dari sikap berhamba pada “diabolisme” dan menghantarnya kepada karakter yang terintegrasi ke dalam nilai kebenaran dan kebijaksanaan. Protipe seperti inilah yang diharapkan dari kaum intelektual ( mahasiswa – mahasiswi ) untuk
memberikan “iklim” yang kondusif bagi peradaban. Saya meyakini benar, bahwa dengan kompetensi diri sebagai kaum intelektual ( yang berpikir, bertutur dan bersikap seturut kebenaran dan kebijaksanaan ), mahasiswa – mahasiswi menjadi garda terdepan terbangunnya peradaban yang baik. Bukan tidak mungkin, sampai kapan pun peradaban senantiasa menjadi yang ideal untuk membangun dan merawat martabat Bangsa Indonesia.