Aksi barbaris, fulgar, sarkais disertai ujaran kebencian, dalam konteks pendidikan, ajaran keagamaan dan kebudayaan mana pun, tidak pernah dibenarkan. Aksi demikian, dinamakan : Fallacia ( Latin : kesesatan ). Fallacia sebagai sebuah kecenderungan untuk senantiasa membenarkan kesesatan yang menolak kebenaraan dan kebijaksanaan, berhamba pada yang malum, mengidolatria manipulasi kebenaran demi melegalkan dan melanggengkan kehendak – kehendak liar. Pada aksi 11 April 2022 oleh kaum intelektual (mahasiswa – mahasiswi) Ibu Kota dengan ketidakberadaban verbal yang “dipertontonkannya”, jelas merupakan fallacia. Dampaknya, kesesatan – kesesatan kaum intelektual ( mahasiswa – mahasiswi ) Ibu Kota, dapat memicu disharmoni hidup bersama, sebab kelompok ini sedang berhamba pada kehendak “diaboli” ( setan, baca : kehendak liar ). Kebenaran dan kebijaksanaan didestruksi sedemikian rupa dan sedemikian cara, sehingga diyakini benar dan bijaksana seturut konsep dan pemahaman naluri keliarannya. “Lebih baik bercinta 3 ronde, daripada harus 3 periode”, “Mending 3 ronde di ranjang, daripada 3 periode”, “Daripada BBM naik, mending ayang yang naiki”, terproyeksi sebagai “Diabolisme Kaum Intelektual” yang berafiliasi dalam aksi 11 April 2022 dan terlahir dari hati dan pikiran yang liar.
Berita Terkait