Diabolisme Kaum Intelektual Dan Tanggung Jawab Peradaban

Oleh : Alvares Keupung**

Aksi barbaris, fulgar, sarkais disertai ujaran kebencian, dalam konteks pendidikan, ajaran keagamaan dan kebudayaan mana pun, tidak pernah dibenarkan. Aksi demikian, dinamakan : Fallacia ( Latin : kesesatan ). Fallacia sebagai sebuah kecenderungan untuk senantiasa membenarkan kesesatan yang menolak kebenaraan dan kebijaksanaan, berhamba pada yang malum, mengidolatria manipulasi kebenaran demi melegalkan dan melanggengkan kehendak – kehendak liar. Pada aksi 11 April 2022 oleh kaum intelektual (mahasiswa – mahasiswi) Ibu Kota dengan ketidakberadaban verbal yang “dipertontonkannya”, jelas merupakan fallacia. Dampaknya, kesesatan – kesesatan kaum intelektual ( mahasiswa – mahasiswi ) Ibu Kota, dapat memicu disharmoni hidup bersama, sebab kelompok ini sedang berhamba pada kehendak “diaboli” ( setan, baca : kehendak liar ). Kebenaran dan kebijaksanaan didestruksi sedemikian rupa dan sedemikian cara, sehingga diyakini benar dan bijaksana seturut konsep dan pemahaman naluri keliarannya. “Lebih baik bercinta 3 ronde, daripada harus 3 periode”, “Mending 3 ronde di ranjang, daripada 3 periode”, “Daripada BBM naik, mending ayang yang naiki”, terproyeksi sebagai “Diabolisme Kaum Intelektual” yang berafiliasi dalam aksi 11 April 2022 dan terlahir dari hati dan pikiran yang liar.

BACA JUGA:
Desaku Yang Kucinta
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More