Tadi setelah jam istirahat saya dihampiri seorang cewek, biasa teman kelas kita. Dia mendekat dan meramas tanganku lalu pergi. Saya gugup sekali. Gemetar dan keringat dingin. Tidak hanya itu, hal yang sama terjadi ketika pulang sekolah. Si cewek tersebut berlari dari dari belakang mengampiri saya yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan denganku. Saya yang sedikit gemetar berusaha menguasai diriku dan membuka pembicaraan. Maksud apa dari semuanya ini. Dia berbalik dan menjawab kepadaku : saya mencintaimu sekaligus mencintai tingkahmu. Aku mencintai gaya tarianmu pada latihan kemarin. Aku mencintai diammu ketika giliran pantunmu kemarin kamu hanya terpaku dan membisu. Aku ingin memiliki semua yang kamu punya dengan seutuhnya.
Begitulah cerita singkat dari temannya. Dari saya, tempat ini adalah istana paling nyaman yang pernah ada. Tempat dimana saya diberi kesempatan sebagai galeka. Tempat ini menjelaskan kepada saya arti dari kebersamaan yang sebenarnya. Tempat dan Ebang (lumbung yang atapnya terbuat dari daun alang-alang sebagai tempat upacara adat dan kegiatan bersama lainnya) ini menjadi khasana dimana nilai-nilai budaya kita lestarikan. Setelah menyimak kedua kisah masing-masing. Mereka menyanyikan lagu kelen ine nore ame (ingat mama dan bapa) lalu mereka kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat malam.