Di Tempat Ini

Cerita Pendek

Setelah gong-gendang yang adalah alat musik khas daerah kedang dibunyikan. Saya yang sudah siap mengambil aba-aba untuk menari dengan parang ditangan, tiba-tiba sarung saya kedodoran dan banyak orang disitu tertawa dan menunjukan tangan ke arah saya. Tidak hanya itu ketiak selesai berlatih hedung kami semua melingkar dan mulai hamang bersama tiba saat giliran saya untuk berpantun saya hanya diam membisu. Tarian pun terhenti dan semuanya kembali tertawa. Intinya latihan kemarin sangat seru hanya karena ulah saya.
Selesai ia mendengarkan cerita temannya, matahari semakin meninggi dan mereka berdua kembali ke rumah untuk melakukan aktifitas mereka masing-masing.

Matahari sebentar lagi kembali ke peraduannya. Suasana kampung sebentar lagi sunyi. Namun tidak untuk suasan dari beberapa anak remaja yang masih asik bergoyang sambil memainkan tatong yang adalah juga alat musik khas daerah kedang. Di tempat yang sama tempat semalam mereka santap malam bersama. Di situ dua orang memainkan tatong dan tiga lainnya bergoyang tak tentu arah. Kelihatannya mereka mau meluapkan rasa gembira mereka sebelum ditelan pekatnya malam. Senja semakin deras dan pekat mengalir mendekati malam. Semuannya masih bernyanyi sambil berpantun. Ada pantun jenaka ada pula pantun cinta, memang semuanya sedang berada pada fase pertumbuhan dimana hasrat hati mereka sedang ganas-ganasnya dalam dunia percintaan.

BACA JUGA:
Puisi-Puisi Kata Tanpa Jeda
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More