
Di Kapela Jengkalang Locus Baptisan 5 Umat Katolik Perdana Manggarai, Kami Berteduh di Bawah Atapnya
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Kolumnis dan Penulis Buku)
Tak tahu di mana rumahnya
Reff
Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di Gereja Tua
Waktu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Kita berdiri begitu rapat
Hingga suasana begitu hangat
Tanganmu kupegang erat-erat
Kenangan itu selalu kuingat
II
Waktu kini telah lama berlalu
Sudah sepuluh tahun tak bertemu
Entah di mana kini kau berada
Tak tahu di mana rumahnya
Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di Gereja Tua
Wakttu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Kenangan itu selalu kuingat.
Meskipun kini kau telah berdua
Itu bukanlah kesalahanku
Kuhanya ingin dapat bertemu
Bila bertemu puaslah hatiku
Syair lagu yang sarat makna di atas menyadarkan kami akan satu hal saat itu bahwa di tengah hujan lebat yang mengguyuri seluruh wilayah Manggarai Raya saat itu, termasuk di Stasi Jengkalang, penulis dan para pengunjung sedang berteduh di bawah atap Kapela Jengkalang yang bernilai sejarah itu. “Kita berteduh di bawah atapnya,” demikian satu sebaris syair yang membatin dalam diri penulis dan pengunjung saat itu.