
Satu batu lebih tinggi berkonde dan diyakini sebagai batuwanita/perempuan, sebagai istri atau ibu; dan satu lagi tanpa konde dan tampak gempal dan besar, diyakini batu pria atau laki-laki, yang adalah suaminya atau ayah. Sedangkan beberapa batu berukuran lebih kecil adalah anak-anak. Batu-batu tersebut punya kisah menarik sebagai berikut.
Konon, berberapa kilometer ke arah selatanWatumote, di sekitar daerah yang namanya Keli, ada sebuah kampung. Para penghuni kampungnya hidup dari bertani ladang. Saban pagi mereka pergi ke kebun dan pulang di senja hari. Tidak jarang juga mereka tinggal agak lama di lading jika ada urusan penting seperti pada musim menanam atau jelang menuai.

Suatu hari, hampir semua penduduk berada di kebun. Di kampong hanya tinggal dua wanita yang sedang menyusui bayi. Adalah kebiasaan di kampong itu bahwa jika belum genap waktunya,ibu maupun bayi tidak diperbolehkan keluar rumah. Menjelang siang hari, ketika hendak memasak, salah seorang ibu sadar bahwa tidak ada api di rumahnya.