Engkau datang berlumur duka
Mengibas detak jantung tak terhenti
Sejak amukan hasrat mengukir bilur-bilur asa
Remuk menjadi bayang-bayang nestapa
Guruku… kini engkau telah terbaring kaku
Tak kudengar lagi ucapan salam untuk muridmu tercinta
Tak ada lagi senyum dan canda ria diantara kita
Senyum yang menghiasi wajah dikala berjumpa
Singguh… kini engkau hadir memahat madah duka
Dalam bait-bait kelam abadi yang tak terselami
Membasai cerita tanpa pesona paras
Pada nisan, jumpa kita akan berakhir
Seirama deraian air mata
Pada kata yang nyaris terhenti cerita
Kala mentari tersenyum luka di kaki langit
Engkau pergi, hilang dan tak kan kembali
Namun lukisan wajah sendumu tetap ada dalam memoriku
Dalam pahatan kerinduan yang tak terselami
Pada makna tipisnya jarak jumpa kita
Guruku… kau pergi tinggalkan sejuta tanya pada huruf-huruf bening air mataku
Bahwa,siapakah engkau yang sedang menukik sanubari dalam kerinduan?
Guruku… Izinkan kami memegang tangan lembutmu
Izinkan kami memahami keiklasanmu,
Izinkan pula kami menyesali kesalahan yang telah menyakitimu