Yaa, setiap lima taun sekali kita merayakan pesta demokrasi. Ketika setiap warga negara yang telah cukup umur untuk menitipkan suaranya.
Setiap lima tahun sekali rakyat Indonesia disuguhi antraksi yang menawan, menarik, lucu dan tetapi tak jarang juga menjengkelkan dan jengah.
Dari siklus lima tahunan itulah muncul bibit-bibit baru dan muda, tentu saja dengan berbagai gaya dan lakon sabagai sutradara kawakan penyambung suara rakyat.
Dari politisi calon anggota dewan, sampai calon pemimpin puncak bangsa ini.
Mereka berlomba-lomba memoles diri untuk memperkuat citra atau bahkan merubah gambar dirinya agar sesuai dengan yang diharapkan parah pemilih.
Mulai dari penampilan keluarga yang harmonis dan religius, kunjungan ke rumah-rumah ibadah, atau kegiatan kegiatan yang bersifat religius.
Pertemuan pertemuan dengan para relawan dan pendukung, serta tidak ketinggalan blusukan ke pasar, sawah dan daerah-daerah pinggiran yang tak pernah disentuh.