Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi

Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama Di Indonesia (Bagian II)

Injil yang diwartakan harus dilihat oleh umat setempat sebagai tantangan terhadap kehidupan aktual mereka: sebuah kekuatan yang mempertanyakan cara hidup mereka, mengkonfrontasikan persoalan-persoalan mereka menurut cara pandang mereka terhadap persoalan-persoalan itu, dan menjawab kebutuhan-kebutuhan serta aspirasi-aspirasi mereka. Kaum beriman setempat lalu menerima tantangan-tantangan itu dan mulai menghidupi Injil dalam konteks kehidupan harian mereka yang konkret.

Mereka menerima tanggungjawab menjadi Gereja di tempat mereka. Mereka akan menghidupi kehidupan Kristiani mereka dan menunaikan tanggungjawab mereka secara realitis, mendasarkan diri mereka pada
sumber daya – sumber daya dan kemungkinan-kemungkinan yang mereka miliki, merumuskan rencana-rencana dan program-program yang mempertemukan kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah kehidupan mereka, serta menggunakan metode-metode yang diketahui untuk menjadi efektif dan bermakna di dalam kebudayaan mereka.

Titik pusatnya adalah bahwa jika kehidupan Gereja ingin menjadi dewasa dan autentik maka ia
harus meresapi dan mempengaruhi individu dalam keseluruhan eksistensi sosial aktualnya, dalam semua aspek kehidupannya.

BACA JUGA:
Mengigau vs Estetika Berpikir
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More