Dari Komunitas Basis Gerejani Menuju Komunitas Basis Manusiawi: Sebuah Upaya Gereja Katolik Dalam Membangun Dialog Antar-Agama di Indonesia (Bagian I)

Oleh Drs. Hironimus Pakaenoni, L.Th. (Dosen Fakultas Filsafat Unwira Kupang)

Fakta menunjukkan bahwa masih ada banyak pemimpin tertahbis yang memandang dan memperlakukan komunitas-komunitas basis gerejani seturut model klerikal-piramidal, sementara kebanyakan kaum awam memandang komunitas-komunitas basis gerejani sebagai semacam basis bagi kehidupan sosial-spiritual mereka. Ambiguitas ini tentu saja merupakan rintangan bagi pembangunan komunitas-komunitas basis gerejani.

Jelaslah bahwa pembaharuan gerejani yang didorong oleh Konsili Vatikan II nyatanya bertentangan dengan proses konsolidasi kekuasaan ekonomi, politik, dan militer di bawah rezim Soeharto. Sembari menyaksikan
runtuhnya rezim ini sekitar tahun 1997/1998, Gereja Indonesia berjuang untuk menghidupkan kembali wawasan-wawasan Konsili Vatikan II, untuk menyuburkan akar-akar Gereja yang masih hidup dan menumbuhkannya di era kerusuhan sosial di bawah rezim Soeharto. Dalam konteks ini, komunitas-komunitas basis gerejani yang diinspirasi semangat Konsili Vatikan II merupakan sarana sekaligus wadah yang kuat untuk memulihkan kembali harga diri serta martabat seluruh umat.

BACA JUGA:
Ketika Jurnalis Warga Mitra Kerja Pena Inklusi Berkomitmen Percepat Sukseskan Vaksinasi Covid-19 Kelompok Rentan di Pelosok Terpencil Sikka
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More